Kisah Nyata Kalau Tuhan Mau Pasti Terjadi
Inilah salah satu kisah yang membuktikan Kalau Tuhan Mau Pasti Terjadi.. karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Saya pernah dua kali dinyatakan buta warna parsial oleh dokter, yaitu melalui pemeriksaan khusus yang dijalani oleh mereka yang melamar pada fakultas kedokteran dan tehnik.
Buta warna parsial tidak berarti tidak bisa melihat warna seperti buta warna total. Buta warna parsial tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan khusus dengan buku kusus yang dimiliki oleh para dokter. Sehari-harinya sama sekali tidak ada masalah dalam melihat warna.
Tetapi saat dihadapkan dengan buku tersebut yang berisi macam-macam warna yang dicampur, baru tidak bisa melihat angka yang ada pada halaman buku tersebut, yang tersembuyi di antara aneka warna yang tercampur baur. Buta warna tidak bisa diobati, karena faktor turunan (gen).
Mulanya setelah mengetahui kenyataan tersebut reaksi saya cuma kaget, saya pikir toh cita-cita saya bukan ingin jadi dokter. Di fakultas teknikpun pemeriksaan tersebut diharuskan hanya pada jurusan tertentu, yaitu Elektro dan Sipil.
Setelah membaca pengmuman UMPTN di koran dan tahu diterima, saya senang sekali, sebab sebelumnya tidak menyangka dan sempat pesimis.Lalu saat mau daftar ulang di PTN tsb., seorang teman saya yang masuk jurusan hukum menelefon saya, katanya masuk jurusan hukumpun melalui pemeriksaan buta warna. Dia bilang, dokter yang memeriksa dia mengatakan bahwa buta warna amat sangat jarang dialami oleh anak perempuan.
Kalau sampai terjadi, pasti gen tersebut sangat kuat dan akan menurun pada keturunan berikutnya. Dan belum tentu kalau orangtua parsial, anaknya parsial juga. Mungkin saja buta warna total(hanya bisa lihat hitam & putih).
Oya, kebetulan lagi saya diterima di Teknik, walaupun di jurusan yang tidak begitu berhubungan dengan warna (bukan T. Elektro & Sipil).Pada waktu itulah saya baru merasa kecewa sekali, baru beberapa saat yang lalu dapat surprise yang menggembirakan saat tahu diterima di PTN, sekarang tiba- tiba berubah, saat mendengar hal yang sangat mengecewakan dan tidak menyenangkan untuk diketahui.
Saya sangat kecewa, dan seperti biasa pada saat-saat seperti itu saya selalu berpikir kenapa kesusahan seperti ini ditimpakan pada saya.Akhirnya saat menjalani urut-urutan proses daftar ulang, saya menjalaninya dengan tenang dan santai. Saya toh sudah tahu kemungkinan terburuk yang saya hadapi. Jadi mau apa lagi ?
Sebelumnya sudah dua kali pemeriksaan hasilnya sama, walaupun saya pelototi buku tsb. lama-lama tetap saja beberapa halaman ada yang tidak dapat saya lihat angkanya. Jadi saat itu saya sudah tidak perduli.
Kalau memang harus diperiksa buta warna, ya sudah.Ternyata waktu ngantre diperiksa saya sempat deg-degan juga. Rasanya sulit harus menemui kenyataan yang sama seperti dua kali sebelumnya, dan harus mengalami lagi bahwa saya memang buta warna parsial.Lalu tiba-tiba saya tersadar, kalau memang takdir saya begitu, mau apa lagi ?
Kalau Tuhan menghendaki sesuatu, ya memang harus begitu. Kalau Tuhan menentukan lain, ya tidak. Eh, ternyata saat giliran saya, satu demi satu halaman dibalik (secara acak, untuk menghindari orang yang mungkin menghafal), dan hati saya deg-degan terus, ternyata sampai halamannya habis semuanya terbaca.Surprise dan ragu-ragu memenuhi saya. Seolah menjawab keraguan saya, si pemeriksa ternyata lupa mengisi keterangan pada formulir, sehingga petugas berikutnya(di tempat pemeriksaan tensi darah) terpaksa memeriksa saya sekali lagi. Dan ternyata hasilnya sama.
Beberapa halaman dimana sebelumnya saya tidak dapat melihat angka apapun yang ada, ternyata saat itu terlihat dengan jelas angka-angka tersebut.Sehingga saya benar-benar yakin, bahwa memang buta warna parsial saya memang lenyap.
Begitulah, kalau kita terhimpit kesusahan atau masalah berat, pasrah saja sama Tuhan. Dialah yang paling berkuasa. Apapun yang dikehendakiNya pasti terjadi.
Author: Maria Adelia
Baca Juga :