Kisah Nyata
Edo Kondologit Mengadu Nasib di Metropolitan
Jalan Tuhan bukanlah jalan manusia. Sering kali apa yang Dia kerjakan tidak dapat diselami dengan akal pikiran manusia. Meskipun apa yang kita alami berat, ternyata hal itu merupakan bagian dari rencana Tuhan yang indah. Berikut sepenggal kisah dari seorang anak Tuhan yang berjuang keras di dalam hidupnya, yang merasakan berkat dan kasih karunia Tuhan karena menaruh harapan kepada-Nya.
Berikut adalah kisah Putra Papua Edo Kondologit Mengadu Nasib di Metropolitan
Edo Kondologit hanyalah seorang pemuda asal Papua (Irian Jaya),tepatnya desa Klapot Sorong. Lahir dari keluarga miskin 5 Agustus 1967. Ia sangat akrab dengan kehidupan alam bebas karena hanya hutan, rawa, pegunungan, dan sungai yang mengelilinginya. Tidak pernah sedikit pun terbayang akan kota besar, apalagi Jakarta yang selama ini hanya dikenalnya lewat gambar-gambar.
Di Sorong, ia bertemu dengan seorang purnawirawan TNI yang melatihnya menjadi pelari di medan Sorong yang bergunung-gunung. Ia diajak pindah ke Jakarta agar dapat dilatih dan dipersiapkan menjadi pelari yang handal sehingga dapat mengikuti kejuaraan-kejuaraan lari. Namun sayang, ia tidak berhasil sehingga ia berniat untuk pulang dan tidak menjadi atlet lari. Tapi ia tidak memiliki ongkos untuk pulang. Jadi ia mulai berpikir untuk mencari serta mengumpulkan uang agar bisa pulang.
Edo Kondologit memulainya sebagai kuli bangunan. Ia mengangkat batu,mengaduk pasir, dan sebagainya dengan penghasilan yang sangat minim.Dari tukang bangunan, ia berpindah menjadi seorang satpam di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia mulai menjadi seorang pemimpin yang punya kuasa atas keamanan di lingkungan perumahan.
Setelah menjadi satpam perumahan, ia pindah ke sebuah kafe di Jakarta. Selain menjadi satpam, ia juga menjadi seorang petugas kebersihan di kafe itu, semua pekerjaan dilakukan dengan penuh semangat dan tanpa ada rasa terpaksa, ia belajar untuk selalu bersyukur kepada Tuhan.
Waktu senggangnya selalu ia gunakan untuk bernyanyi memuji nama Tuhan; ia memang suka menyanyi sejak kecil. Saat menyanyi, ia merasakan suka cita yang mendalam sehingga ia memiliki semangat yang tinggi untuk menjalani kehidupannya di kota metropolitan. Ia sangat menikmati pekerjaannya, termasuk saat bernyanyi untuk menghibur teman-temannya.
Teman-temannya bilang suaranya bagus dan mereka sangat terhibur oleh lagu-lagu yang dilantunkannya. Tidak terpikir olehnya untuk menyanyi sebagus mungkin, sampai ada saran dari temannya untuk menyumbangkan lagu di kafe.
Sejak itu, ia mulai menyanyi di kafe tempatnya bekerja, ia menyanyi untuk menghibur orang tanpa peduli apakah dibayar atau tidak. Edo Kondologit pun mulai mengikuti lomba-lomba menyanyi. Atas dorongan teman-temannya, tahun 1992 ia mengikuti audisi peserta Asia Bagus yang diadakan di Singapura. Dari 30 peserta hanya 5 yang terpilih,ia satu di antaranya. Ia sangat senang, dan akhirnya ia berangkat ke Singapura untuk mengikuti audisi itu.
Setelah Asia Bagus, ia mendapat berbagai kesempatan menjadi penyanyi latar bagi penyanyi-penyanyi terkenal, seperti Ermi Kulit, Ruth Sahanaya, dan artis lainnya. Ia mendapat banyak kesempatan berkeliling ke berbagai tempat menjadi penyanyi latar di berbagai macam pertunjukan.
Bukan hanya penyanyi Indonesia yang mengakui kemampuannya, tetapi penyanyi negara lain pun mulai melihat potensinya sebagai penyanyi latar. Oleh Erwin Gutawa, pada bulan Desember 1992, ia memperoleh kesempatan menjadi penyanyi latar bagi seorang penyanyi profesional Malaysia yang mengadakan konser terbesarnya.
Banyak hal yang tak pernah dipikirkannya terjadi, namun disediakan Tuhan baginya. Ia terus berusaha menggali potensi yang dimilikinya,menghayati setiap lagu yang dinyanyikannya sebagai satu kesukaan. Ia selalu berharap kepada Tuhan dalam menghibur banyak orang. Orang tuanya selalu membimbing untuk beriman dan perpengharapan kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan, sehingga di dalam kesukaran, ia tetap teguh dan beriman pada Tuhan.
Edo Kodologit tidak mau putus asa menjalani setiap halangan dalam hidupnya, kini ia bisa menikmati hasil yang mungkin baru sebagian kecil dari apa yang telah Tuhan sediakan dalam hidupnya.
Setelah sekian lama mengadu nasib di metropolitan, akhirnya ia menikmati hasilnya dengan berdiri di Rumania untuk menerima penghargaan atas usahanya yang tidak kenal lelah. Hidup masih panjang, masih banyak harapan keluarga dan hidupnya yang harus diwujudkan dengan tetap berharap pada Tuhan.
Berbagai festival diikutinya untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Pada bulan Agustus 1999, Ia mampu menembus Voice of Asia International Song Festival di Kazakhstan, mewakili Indonesia sebagai juara pertama dari 21 peserta yang ada.
Berkat Tuhan tidak pernah berkesudahan. Akhirnya, pada tahun 1996 ia meminang seorang gadis cantik berkulit putih sebagai istrinya.Bahkan sekarang sudah memiliki seorang putri cantik yang telah berusia 2 tahun [saat kesaksian ini ditulis -- red], buah kasihnya bersama istri tercinta. Tuhan tetap memercayakan perkara yang besar dalam hidupnya karena pada tahun 2004 ia diberi kepercayaan melakukan rekaman album solo di Jepang. Rekaman tersebut dikontrak dan didistribusikan oleh sebuah perusahaan di Jepang dan mendapat sambutan yang sangat hangat.
Edo Kondologit menyadari, semua yang didapatnya adalah berkat dan kasih karunia Tuhan. Ia juga menyadari, apa yang diperoleh tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui proses yang sangat panjang.Sebagai ungkapan syukur, ia selalu memberikan diri dalam pelayanan bagi umat Tuhan, baik perkataan maupun perbuatan, segalanya anya untuk kemuliaan Tuhan.
sumber : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/007/
Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : 10 Mujizat yang Terjadi pada Orang Biasa
Penulis : Basuki, Lastri Yuliana, Cacuk Wibisono
Penerbit : CBN Indonesia
Halaman : 39 -- 45
______________________________________________________________________
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".(Yeremia 29:11)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yeremia+29:11 >