Tokoh Gereja Minahasa, BW Lapian Dianugerahi Pahlawan Nasional
Salah satu tokoh Gereja Minahasa, Bernard Wilhem Lapian (BW Lapian) dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada Kamis, 5 November 2015. Penganugerahan itu sendiri diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada ahli waris Louisa Magdalena Gandhi Lapian di Istana Negara Jakarta.
Selain BW Lapian, terdapat empat tokoh lainnya yang juga dianggap berjasa besar bagi Bangsa Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/ Tahun 2015, yaitu Almarmum Mas Isman (Tokoh Provinsi Jawa Timur), dan Almarhun Komjen (Pol) Dr H Moehammad Jasin (Tokoh Jawa Timur), Almarhum I Gusti Ngurah Made Agung (Tokoh Provinsi Bali) dan Almarhum Ki Bagus Hadikusumo (Tokoh Muhammadiyah dari Provinsi Yogyakarta).
BW Lapian dikenal sebagai pahlawan tiga zaman karena perjuangannya lintas tiga masa yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan Indonesia. Lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, 30 Juni 1892 dan wafat di Jakarta 5 April 1977 dalam usia 84 tahun, Lapian dikenal sebagai seorang pejuang nasionalis yang aktif di dunia jurnalisme dan juga menjadi salah satu tokoh penting dibalik berdirinya Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), yaitu suatu gereja mandiri hasil bentukan putra-putri bangsa sendiri yang tidak bernaung di dalam Indische Kerk (gereja naungan Belanda), seperti diketahui saat itu semua gereja Kristen berada di bawah naungan Indische Kerk.
Dirinya juga berperan penting dalam perjuangan yang dikenal Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado. Dimana Lapian dan kawan-kawan menyerbu markas tentara Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) di Teling yang sebelumnya melakukan penangkapan terhadap pimpinan Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). Lapian kemudian berhasil membebaskan para tokoh perjuang Indonesia, bahkan bersama yang lainnya merebut bendera Belanda warna merah putih putih yang berada di pos penjagaan. Mereka merobek warna biru dan mengibarkan sisa bendera merah putih di Tangsi Teling. Peristiwa inilah yang dikenal dengan peritiwa Merah Putih Manado 14 Februari 1946.
Lapian pernah menerima penghargaan dari Angkatan Laut (AL), Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra. Sempat dijadikan tahanan oleh Belanda dan dipenjara di Tangsi Teling, Cipinang lalu ke penjara Sukamiskin. Pada 1950 ia dibebaskan dan diangkat sebagai Gubernur Sulawesi di era pemerintahan Sukarno.